Ramadhan 29: Istiqomah
Adik-adik rahimakumullah, mari kita mengenal berbagai sifat terpuji selama bulan Ramadhan. Sifat terpuji dapat memudahkan kita dalam melakukan berbagai macam amal sholih. Pada hari ini kita akan mengetahui tentang sifat istiqomah. Yuk budayakan membaca sampai selesai supaya Allah ‘azza wa jalla memberkahi ilmu kita.
___________________________________________
Ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan dan keutamaan akan meninggalkan kita. Semoga kita semua tidak termasuk golongan orang-orang yang celaka karena tidak mendapatkan pengampunan dari Allah ta’ala selama bulan Ramadhan. Sebagaimana doa yang diucapkan oleh malaikat Jibril ‘alaihissalam dan diamini oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam: “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni (oleh Allah ta’ala).” (HR. Ahmad)
Oleh karena itu, mohonlah dengan sungguh-sungguh kepada Allah ta’ala agar Dia menerima amal kebaikan kita di bulan yang penuh keberberkahan ini dan mengabulkan segala doa dan permohonan ampun kita kepada-Nya, sebagaimana sebelum datangnya bulan Ramadhan kita berdoa kepada-Nya agar Allah ta’ala mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dalam keadaan hati kita kita dipenuhi dengan keimanan dan pengharapan akan ridha-Nya.
“Dulunya (para salaf) berdoa kepada Allah Ta’ala (selama) enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan (berikutnya) agar Dia menerima (amal-amal shalih) yang mereka (kerjakan).” (Dinukil oleh Imam Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitab Latha-iful Ma’aarif, hal. 174)
Apakah seluruh amalan yang susah payah kita lakukan sebulan penuh itu hilang seiring dengan berlalunya bulan Ramadhan? Apakah amal-amal kebaikan yang terbiasa kita kerjakan di bulan Ramadhan pudar setelah puasa berakhir?
Imam Bisyr bin Al-Harits Al-Hafi pernah ditanya tentang orang-orang yang (hanya) rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan, maka beliau menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan, (hamba Allah) yang shaleh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun penuh.” (Dinukil oleh Imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab Latha-iful Ma’aarif, hal. 313)
Ya Allah, jadikanlah kami hamba Rabbani (hamba Allah ta’ala yang selalu beribadah kepada-Nya di setiap waktu dan tempat), tidak membataskan diri pada bulan dan waktu tertentu saja.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa rahmat, ampunanan dan kasih sayang Allah ta’ala selalu kita butuhkan tidak hanya di bulan Ramadhan. Kita juga membutuhkan dan mengharapkan rahmat-Nya di bulan-bulan lainnya. Dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيد
“Hai manusia, kalian semua butuh kepada (rahmat) Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Faathir: 15)
Inilah makna istiqamah yang sesungguhnya dan inilah pertanda diterimanya amal shaleh seorang hamba. Imam Ibnu Rajab berkata: “Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut untuk beramal shaleh setelahnya (pada bulan setelah Ramadhan).”
Kiat Menjaga Keistiqamahan Setelah Ramadhan:
- Istiqamah dengan memperbanyak doa karena Allah yang kuatkan hati kita;
- Beramal dengan ikhlas, agar amal itu istiqomah;
- Beramal itu yang penting sering, walaupun sedikit dan beramal sesuai kemampuan;
- Rajin muhasabah (mengevaluasi diri);
- Memilih teman yang saleh dan lingkungan yang baik;
- Mulai latihan puasa sunnah bakda Ramadhan, mulai dari puasa enam hari di bulan Syawal.
Adapun orang yang telah dimudahkan memanfaatkan pertemuannya dengan Ramadhan untuk bertobat dan mengisinya dengan berbagai amal shalih, maka seharusnya dia terus semangat bersyukur kepada Allah ta’ala dan memohon agar amalannya diterima serta memohon agar bisa istiqomah di atas amalan tersebut.
Dan janganlah dirinya tertipu dengan banyaknya amalannya. Sehingga, dia menyangka bahwa dirinya termasuk orang-orang yang paling baik dan paling hebat. Bahkan, dia harus senantiasa memohon ampun dan beristigfar kepada Allah ta’ala. Karena seseorang tidak bisa memastikan apakah amalan yang sudah dia lakukan selama ini semuanya dapat diterima atau tidak.
Seandainya diterima pun, sesungguhnya belum bisa untuk membalas nikmat Allah ta’ala yang telah ia terima. Karena, amalan yang dia lakukan benar-benar tidak bisa lepas dari pertolongan Allah ta’ala. Maka, sudah sepantasnya untuk senantiasa tawadhu’ dan tidak merasa paling baik. Bahkan, semestinya dia memperbanyak menutup amalannya dengan beristigfar kepada Allah ta’ala. Karena, begitulah sifat-sifat orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang sudah beramal dengan sebaik-baiknya, namun masih merasa takut kepada Allah ta’ala akan kekurangan dirinya dalam beramal. Allah ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut (tidak akan diterima). (Mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (Al-Mu’minun: 60)
Kisah Haji Muhammad (Selama 37 Tahun Istiqomah Shalat Berjamaah)
Haji Muhammad, seorang berkebangsaan Afghanistan yang tinggal di Kota Al-Madinah Al-Munawwaroh. Ia menjadi seorang yang populer di Madinah –semoga Allah menjaga keikhlasannya– karena selama seper-empat abad ini selalu tampak di televisi dengan penampilan khasnya, berada di shaf pertama Masjid Nabawi untuk menunaikan shalat 5 waktu secara berjamaah.
Ia menceritakan bahwa pertama kali menginjakkan kaki di Arab Saudi saat berumur 19 tahun. Selama 37 tahun di negeri kaya minyak ini, Haji Muhammad bekerja sebagai tukang reparasi pipa. Haji Muhammad mengatakan, “Aku berupaya untuk selalu shalat 5 waktu secara berjamaah di Masjid Nabawi sejak aku masih muda. Aku sangat senang mengambil dan meletakkan kembali Alquran yang telah dibaca dan ditinggalkan oleh para pengunjung, agar dapat rapi tertata kembali di lemarinya semula.”
Para jamaah dari luar Madinah dan luar Arab Saudi banyak yang terkesan dengan keistiqomahannya shalat di shaf pertama dan di tempat yang sama selama bertahun-tahun. Padahal kita mengetahui sangat sulit untuk mendapatkan shaf pertama di Masjid Nabawi apalagi sampai bisa berada di tempat yang sama terus-menerus. Masjid ini sangat ramai dan padat dikunjungi umat Islam dari berbagai penjuru negeri.
Beberapa orang yang bekali-kali mengunjungi Madinah senantiasa menjumpainya berada di shaf pertama dan tempat yang sama pula (sebelah kanan imam). Turban hitamnya membuatnya sangat mudah dikenali oleh para jamaah.
“Ketika aku mengikat kontrak kerja dengan seseorang, kukatakan dari awal, aku tidak ingin kehilangan satu kali pun shalat berjamaah di Masjid Nabawi (lantaran pekerjaan ini). Dan di bulan Ramadhan, aku meliburkan diri karena aku ingin selalu berada di masjid.” Kata Haji Muhammad.
Beginilah seharusnya seorang muslim didalam beribadah. Sangat menjaga amalan sebagai bukti cinta kepada Allah ta’ala dan Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam.
Seuntai Nasehat Indah dari Ibnu Rajab Rahimahullah
Adik-adik, inilah seuntai nasehat indah untuk penyemangat beramal dan beribadah setelah Ramadhan dari Ibnu Rajab rahimahullah, ”Barangsiapa melakukan dan menyelesaikan suatu ketaaatan, maka di antara tanda diterimanya amalan tersebut adalah dimudahkan untuk melakukan amalan ketaatan lainnya. Dan di antara tanda tertolaknya suatu amalan adalah melakukan kemaksiatan setelah melakukan amalan ketaatan. Jika seseorang melakukan ketaatan setelah sebelumnya melakukan kejelekan, maka kebaikan ini akan menghapuskan kejelekan tersebut. Yang sangat bagus adalah mengikutkan ketaatan setelah melakukan ketaatan sebelumnya. Sedangkan yang paling jelek adalah melakukan kejelekan setelah sebelumnya melakukan amalan ketaatan. Ingatlah bahwa satu dosa yang dilakukan setelah bertaubat lebih jelek dari 70 dosa yang dilakukan sebelum bertaubat.”
Yuk rutinkan berdoa meminta kepada Allah agar diteguhkan dalam ketaatan hingga kematian menjemput. Dan mintalah perlindungan pada Allah dari hati yang terombang-ambing. Semoga Allah ta’ala memberikan kita keistiqomahan dalam beramal hingga kematian menjemput. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat…
يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku diatas agamaMu.”
Wallahu a’lam bisshowab…